cover
Contact Name
M Mufit Syakhlani
Contact Email
jurnalaladabiya@gmail.com
Phone
+6285230790616
Journal Mail Official
jurnalaladabiya@gmail.com
Editorial Address
Insuri Ponorogo Jl. Batoro Katong n0.32
Location
Kab. ponorogo,
Jawa timur
INDONESIA
AL-ADABIYA: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan
ISSN : 19071191     EISSN : 25409204     DOI : https://doi.org/10.37680/adabiya
Al-Adabiya merupakan jurnal ilmiah lintas tema sebagai integrasi pendidikan, persoalan kebudayaan dan keagamaan yang terbit dua kali dalam setahun. Jurnal Al - Adabiya merupakan media pemikiran kritis intelektual para civitas akademika yang menggali, meneliti dan mempublisikasi sebagai karya yang dipertanggungjawabkan sebagai ide baru dan gagasan ilmiah. Al - Adabiya berbicara dari berbagai sudut pandang tema beragam sehingga keberadaannya dapat mengalami dinamisasi wacana keislaman dan praktik yang terintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 15 No 02 (2020): Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan" : 8 Documents clear
Islamisasi Ilmu Pengetahuan: Pergulatan Pemikiran Cendekiawan Kontemporer Mustofa Hilmi
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan Vol 15 No 02 (2020): Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Sunan Giri (INSURI) Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37680/adabiya.v15i02.268

Abstract

The debate of experts regarding the perspective of science in Islam is still ongoing. The paradigm of the islamization of science emerged due to the feeling of the Muslims backwardness from advanced Western civilization. This study aims to elaborate on various views of Muslim scholars on the concept of islamization of science. Employing a literature study using descriptive qualitative research, this study indicates that some religious experts assume that there should be no dichotomy between religious and science in general. Religion must be the foundation of every science because they believe that everything, including science, is sourced from Allah. In essence, there is no separation between religion and every scientific discipline. But the Western thinkers have other views that they focus on the development of science in a positive-empirical aspect. The object of knowledge must be observable. They do not recognize the source and method of development of science in which Muslims use the senses, reason, and intuition. The author argues that somebody must support the idea of the islamization of science to restore knowledge according to its nature. The advancement of modern science must lead a Muslim to increase faith in Allah. Perdebatan para pakar mengenai cara pandang konsep ilmu pengetahuan dalam Islam masih belum berakhir. Paradigma islamisasi ilmu pengetahuan muncul di tengah kondisi tertinggalnya umat Islam dari peradaban Barat yang sudah maju. Tulisan ini bertujuan untuk mengelaborasi berbagai pandangan cendekiawan kontemporer tentang konsep islamisasi ilmu pengetahuan. Kajian ini merupakan studi kepustakaan dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agamawan menganggap tidak boleh ada dikotomi antara ilmu pengetahuan agama dan umum. Agama harus menjadi landasan setiap ilmu pengetahuan yang ada karena mereka meyakini bahwa segala sesuatu yang ada termasuk ilmu pengetahuan adalah bersumber dari Allah Swt., sehingga pada hakikatnya tidak ada sekularisme antara agama dengan setiap cabang disiplin ilmu pengetahuan. Namun para pemikir Barat memiliki tinjauan lain. Mereka hanya menitikberatkan pengembangan ilmu pengetahuan secara positif-empiris. Objek pengetahuan harus dapat diobservasi. Mereka tidak mengakui sumber dan metode pengembangan ilmu pengetahuan muslim yang menggunakan panca indra, akal, dan intuisi. Penulis berpendapat gagasan islamisasi ilmu pengetahuan ini harus didukung sebagai upaya mengembalikan ilmu sesuai fitrahnya. Kemajuan sains modern harus mengantarkan umat manusia pada peningkatan iman kepada Allah Swt.
Dakwah yang Menyelamatkan: Memaknai Ulang Hakikat dan Tujuan Da’wah Islamiyah Agus Setyawan
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan Vol 15 No 02 (2020): Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Sunan Giri (INSURI) Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37680/adabiya.v15i02.487

Abstract

Lately, the Indonesian public has been obsessed with the phenomenon of Islamic preachers who always invoke hate speech, slander, and deception in the name of Islam. Islam then comes as frightening not only towards non-Muslims but also fellow Muslims. The Islamic teachings of “salvation” suddenly seemed to be hated, leading to propaganda to “harm” human beings and their natural environment. Much of the Islamic material comes down to the Jihadist war's sole teachings against the “enemies of Islam.” This situation must be stopped by evoking Islam's eternal teachings, namely the “salvation”. This article complements a discussion of recent phenomena and aims to reinforce arguments about the importance of conducting “social media jihad” to counter existing radical drownings. By conducting a method to understand a thick description of the dakwah phenomenon on social media that surfaces lately, especially of those with elements of violence and radicalism, shown that the conservatism of the Y generation in social networks and their real movements has been strengthened. The relevant stakeholders must challenge the trend consecutively by enforcing relevant regulations. Keywords: Da'wah Islamiyah, dakwah, Islam, social media jihad, salvation. Belakangan ini publik Indonesia ramai dengan fenomena dai yang lantang selalu menyerukan pada ujaran kebencian, fitnah dan hoax yang mengatasnamakan Islam. Tampilan Islam menjadi seram tidak hanya bagi umat non Muslim, tapi juga di kalangan Islam sendiri. Ajaran Islam yang seharusnya “menyelamatkan” tiba-tiba tampil dengan penuh kebencian yang mengarah menjadi propaganda “mencelakakan” manusia dan alam sekitarnya. Banyak materi keislaman tereduksi menjadi hanya ajaran dakwah - jihadi berupa perang melawan “musuh-musuh Islam”. Keadaan ini perlu diurai dengan mengetengahkan lagi ajaran perennial Islam yaitu “keselamatan”. Artikel ini melengkapi diskusi fenomena dakwah mutakhir dan bertujuan memperkuat argumen betapa pentingnya melakukan “jihad medsos” dalam rangka melawan dakwah-dakwah radikal yang ada. Melalui metode penggambaran kental (thick description) untuk membaca fenomena dakwah di medsos yang marak belakangan ini, khususnya yang mengandung unsur kekerasan dan radikalisme, tampak penguatan konservatisme kaum milenial dalam medsos dan gerakan-gerakan nyatanya. Para pemangku kebijakan, baik dari unsur pemerintah ataupun kelompok Islam moderat, pun diharapkan untuk mampu melakukan penegakan regulasi dan keberanian dalam melakukan kontranarasi dakwah radikal dengan sungguh-sungguh. Kata kunci: Da'wah Islamiyah, dakwah, Islam, jihad media sosial, keselamatan.
The Role of Mosque for Internalizing Pancasila through Ngaji Filsafat in MJS Yogyakarta Ambiro Puji Asmaroini; Ardhana Januar Mahardhani; Muhammad Afif Mahrus
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan Vol 15 No 02 (2020): Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Sunan Giri (INSURI) Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37680/adabiya.v15i02.510

Abstract

The purpose of this research were, first, to describe the role of Jendral Sudirman Mosque (MJS), and second, to find out human value internalization in Pancasila through Ngaji Filsafat (Philosophy Discussion) at MJS. The research used a qualitative method with a descriptive type where the data collection was conducted through observation, interviews, and documentation. The informants were the administrator of MJS and participants of Ngaji Filsafat. The research showed that MJS has a vital role through its spiritual, intellectual, and socio-cultural functions. Furthermore, through the Ngaji Filsafat held in MJS, it is a place of worship and has potential in the realm of scholarship that could be utilized not only by academics and Muslims but also by the broader community of interreligious groups by promoting humanitarian awareness. Internalization of Pancasila's human values explicitly also existed through Ngaji Filsafat, such as respecting opinions, caring for others, and respecting other people's rights and obligations. Tujuan penelitian ini adalah, pertama, mendeskripsikan peran Masjid Jendral Sudirman (MJS), dan kedua, mengetahui internalisasi nilai kemanusiaan dalam Pancasila melalui Ngaji Filsafat di MJS. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tipe deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Informannya adalah Takmir MJS dan peserta Ngaji Filsafat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama, masjid berperan untuk kemakmuran melalui tiga fungsi, yaitu spiritual, intelektual, dan sosial budaya. Kedua, melalui Ngaji Filsafat yang dilaksanakan di masjid, tidak hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga memiliki potensi di bidang keilmuan yang dapat dimanfaatkan tidak hanya dari kalangan akademisi dan umat Islam tetapi oleh masyarakat luas dan semua golongan serta antar agama dengan mempromosikan nilai humanitarianisme. Internalisasi nilai-nilai kemanusiaan dalam Pancasila secara eksplisit juga ada melalui Ngaji Filsafat seperti menghargai pendapat, peduli kepada sesama, dan menghormati hak dan kewajiban orang lain.
Pengembangan Model Ulul Ilmi dalam Pembelajaran PAI untuk Pembentukan Karakter Mahasiswa Era Revolusi Industri 4.0 Aam Abdussalam; Udin Supriadi; Muhamad Parhan; Nurti Budiyanti
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan Vol 15 No 02 (2020): Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Sunan Giri (INSURI) Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37680/adabiya.v15i02.529

Abstract

This paper aims to develop an Ulul Ilmi model in Islamic Education learning for the character of 21st-century students, which, of course, can help. Realize these national education goals—the research method used using a qualitative approach and literature study techniques in collecting data. Based on the findings, the Ulul Ilmi Model is very supportive in Islamic Religious Education learning because it has extreme divine values to achieve ma'rifatullah goals to shape 21st-century students' character. The method used is the method (1) the uswah hasanah method, an exemplary method that must be applied to an educator and passed on to students, (2) the ibrah mauidzah method, which is a learning method that must be delivered in the classroom, and (3) the targhib tarhib method, a method of strengthening for character building. Thus this pattern is later called the Ulul Ilmi model. Tulisan ini bertujuan untuk mengembangkan model Ulul Ilmi dalam pembelajaran PAI untuk pencapaian karakter mahasiswa abad 21, yang tentunya dapat membantu merealisasikan tujuan pendidikan Nasional. Metode penelitian yang digunakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan teknik studi pustaka dalam pengumpulkan data. Berdasarkan hasil temuan, model Ulul Ilmi ini sangat memungkinkan untuk diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, karena memiliki nilai Ilahiyyah yang sangat kuat mencapai tujuan ma’rifatullah dalam rangka membentuk karakter mahasiswa abad 21. Metode yang digunakan ialah (1) metode uswah hasanah, yang merupakan metode keteladanan yang wajib diterapkan bagi seorang pendidik dan diwariskan kepada para peserta didik, (2) metode ibrah mauidzah, merupakan metode pembelajaran yang wajib untuk disampaikan di dalam kelas, dan (3) metode targhib tarhib, yakni metode penguatan untuk penanaman karakter. Dengan demikian pola inilah yang kemudian disebut sebagai model Ulul Ilmi.
Urgensi Penguatan Kesadaran Pelajar tentang Perannya sebagai Hamba untuk Mengatasi Perilaku Tercela Dera Nugraha; Nurwadjah Ahmad; Andewi Suhartini
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan Vol 15 No 02 (2020): Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Sunan Giri (INSURI) Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37680/adabiya.v15i02.539

Abstract

This study aims to find the causes of akhlak madzmumah (despicable behavior) among students as well as to present the idea of a solution. By employing the literature review method, the results of this study indicate that the cause of the many occurrences of such morals is due to Tauhid (Islamic monotheism) education that has not touched the awareness of students, especially about the nature of their main role as a servant of Allah. Humans as special creatures have provisions as well as additional tasks, namely fitrah and ibadah. Fitrah cannot guarantee that humans become good people by themselves, because some negative things around them can cover them up, so that the education is needed to help humans to always cling to and develop their nature. It is also important to strengthen ibadah so that one can act as a true servant of Allah. Thus, despicable behavior can be avoided by students on the basis of this awareness. Keywords: Consciousness, fitrah, role, servant of Allah, student. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan penyebab timbulnya akhlak madzmumah (perilaku tercela) di kalangan pelajar sekaligus menyuguhkan gagasan solusinya. Dengan menggunakan metode kajian pustaka, hasil penelitian ini menunjukan bahwa penyebab masih banyak terjadinya perilaku tercela adalah karena pendidikan Tauhid yang belum menyentuh kesadaran peserta didik, utamanya tentang hakikat peran utama mereka sebagai seorang hamba Allah. Manusia sebagai makhluk istimewa memiliki bekal sekaligus tugas tambahan, yakni fitrah dan ibadah. Fitrah tidak dapat menjamin manusia menjadi orang baik dengan sendirinya, karena beberapa hal negatif di sekelilingnya bisa menutupi, maka di sanalah pendidikan diperlukan untuk membantu manusia agar selalu berpegang teguh dan mengembangkan fitrahnya. Penting juga untuk memperkuat ibadah dan menjauhi segala perbuatan yang menimbulkan dosa agar dapat berperan sebagai hamba Allah yang sesungguhnya. Dengan demikian, perilaku tercela dapat dihindari para pelajar atas dasar kesadaran tersebut. Kata kunci: Fitrah, hamba Allah, kesadaran, pelajar, peran.
Kritik Nalar Kausalitas dan Pengetahuan David Hume M Suyudi; Wahyu Hanafi Putra
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan Vol 15 No 02 (2020): Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Sunan Giri (INSURI) Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37680/adabiya.v15i02.569

Abstract

This research aims at explaining David Hume’s logical critique of causality and knowledge. As library research, the method used is descriptive-qualitative. Data and data sources were obtained from his important works Why Cause is Always A Need and A Treatise of Human Nature and several secondary literatures on causality. The data was carried out through documentation, started by the researcher documenting Hume's thoughts, especially criticism of the law of causality (cause-effect) and knowledge of both of Hume's primary works. The study results explained that Hume criticized the performance of the law of causality, which explained that the existence of a second essence and after it was an impact or certainty of the first essence. The second essential is the consequence and legitimacy of the first one. According to Hume, it cannot serve empirically as the law of causality occurs because the sequential process is stagnant. Hume's skepticism and doubts over dogmatic and metaphysical matters then affect that all knowledge can only be explored with the five senses and is empirical. All irrational and non-empirical characteristics cannot be attributed to a belief and truth. In conclusion, real truths in knowledge are those that can be investigated empirically. Keywords: Causality, Hume, Knowledge, The five senses. Penelitian ini bertujuan menjelaskan kritik nalar kausalitas dan pengetahuan David Hume. Sebagai penelitian pustaka, metode yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif. Data dan sumber data didapat dari karya-karya Why Cause is Always Necessary dan A Treatise of Human Nature serta literatur-literatur sekunder yang berkaitan dengan tema kausalitas. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi, yaitu peneliti mendokumentasikan pemikiran-pemikiran Hume terutama kritik atas hukum kausalitas (sebab-akibat) dan pengetahuan dari kedua karya primer Hume tersebut. Hasil penelitian menjelaskan bahwa Hume melakukan kritik atas kinerja hukum kausalitas yang menjelaskan bahwa adanya esensi kedua dan setelahnya merupakan dampak atau keniscayaan atas esensi pertama. Esensi kedua merupakan akibat dan legitimasi dari esensi pertama. Hal demikian yang menurut Hume tidak dapat dijelaskan secara empiris. Menurutnya, hukum kausalitas itu terjadi karena proses keterurutan secara stagnan. Sikap skeptis dan ragu-ragu Hume atas perihal yang sifatnya dogmatis dan metafisik membawa dampak bahwa segala pengetahuan hanya bisa digali dengan panca inderawi dan bersifat empiris. Semua perihal yang sifatnya irasional dan tidak empiris tidak dapat dinisbatkan pada suatu keyakinan dan kebenaran. Pada akhirnya, kebenaran sejati dalam pengetahuan adalah yang dapat diselidiki secara empiris. Kata kunci: Hume, Kausalitas, Pengetahuan, Panca Indera
Implementasi Tasawuf Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam Majelis Manakib Al Barokah Ponorogo Moh Ashif Fuadi; Rustam Ibrahim
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan Vol 15 No 02 (2020): Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Sunan Giri (INSURI) Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37680/adabiya.v15i02.576

Abstract

One of the most popular sufi figures in the world is Shekh Abdul Qadir al-Jailani. The significant number of followers is due to his tremendous knowledge in various fields. In the reciting activities of Shekh Abdul Qadir al-Jailani’s manakib explained his life history and grandeurs. In some of his works, he explains the teachings of sufism so that manakib practitioners can live up more to this. Also, he states to what extent the values of sufism are applied. The purpose of writing this article is to find out the sufism teachings of al-Jailani referring to his work and to know the implementation of his Sufism teachings in the Al Barokah Ponorogo manakib assembly with their routine agenda on the 11th night of the Hijri month. This study employs library sources combined with field observation on the assembly’s activities. The results show that the sufism teachings of al-Jailani in the book al-Ghunyah Li Thalib Thariq al-Haq are mujahadah, tawakkal, good morals, gratitude, patience, ridha, honesty, which in its implementation through the explanation and example of kiai have been practiced by the congregation of Al Barokah manakib and manifested in social behaviors. Keywords: al-Jailani, jamaah, manakib assembly, tasawuf. Salah satu tokoh sufi yang terpopuler di dunia adalah Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Banyaknya penggemar tokoh sufi tersebut disebabkan oleh ketinggian ilmunya di berbagai bidang. Dalam kegiatan pembacaan kitab manakib Syekh Abdul Qadir al-Jailani, dijelaskan sejarah hidup berikut karomah-karomahnya. Dalam beberapa karyanya ia menjelaskan ajaran-ajaran tasawuf sehingga bisa semakin dihayati oleh pengamal manakib serta sejauh mana nilai-nilai ajaran tasawuf diterapkan oleh pengamalnya. Tujuan penulisan artikel ini untuk mengetahui ajaran-ajaran tasawuf al-Jailani merujuk pada karyanya dan mengetahui implementasi ajaran tasawufnya di majelis manakib Al Barokah Ponorogo yang diselenggarakan rutin tiap tanggal 11 bulan Hijriyah. Kajian ini menggunakan sumber pustaka dipadukan dengan pengamatan lapangan pada kegiatan majelis tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ajaran tasawuf al-Jailani dalam kitab al-Ghunyah Li Thalib Thariq al-Haq adalah mujahadah, tawakkal, akhlak baik, syukur, sabar, ridha, jujur yang dalam implemetasinya melalui penjelasan dan keteladanan kiai sudah dipraktekkan oleh jamaah Al Barokah dan terwujud dalam perilaku sosial. Kata kunci: al-Jailani, jamaah, majelis manakib, tasawuf.
Evolusi dan Eksistensi Model Abaya pada Masa Modern di Jazirah Arab Ananda Vidyaratri Mega Pratiwi; Rizki Amalia Sholihah
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan Vol 15 No 02 (2020): Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Sunan Giri (INSURI) Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37680/adabiya.v15i02.620

Abstract

Abaya is often known as the loose black clothes worn by Arab women. This kind of fashion is usually worn by Arab women, equipped with a black cloth covering the head, whenever they leave the houses. Sometimes they combine it with the niqab. Abaya is also known as Islamic clothing as it suits the Islamic teaching in clothing norms. But there left a question as to what extent this fashion able to adapt the modernity, especially in the Arabian Peninsula, its “home countries”. This research uses library research methodology where the data are obtained through relevant books and articles. The purpose of this study is to describe how Arabian women hold on to wear the abaya in their modern lives as well as to describe the changes in the current abaya model. Abaya sering dikenal sebagai baju hitam longgar yang dikenakan oleh wanita Arab. Busana seperti ini biasanya dikenakan oleh wanita Arab, dilengkapi dengan kain hitam yang menutupi kepala, setiap kali keluar rumah. Terkadang mereka menggabungkannya dengan nikab. Abaya juga dikenal sebagai pakaian Islami karena sesuai dengan ajaran Islam dalam norma pakaian. Namun masih ada pertanyaan sejauh mana fashion ini mampu mengadaptasi modernitas, terutama di Jazirah Arab, “negara asalnya”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian pustaka dimana data diperoleh melalui buku dan artikel yang relevan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana wanita Arab melestarikan abaya dalam kehidupan modern mereka serta untuk mendeskripsikan perubahan model abaya saat ini.

Page 1 of 1 | Total Record : 8